Rabu, 03 September 2008

Rangkuman Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Soenjono Dardjowidjojo)

TUGAS PSIKOLINGUISTIK
(Tugas Diajukan Untuk Memeroleh Nilai Tugas Psikolinguistik)
Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia
(Soenjono Dardjowidjojo)

Oleh:
Iwan Sugianto
2006210002

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
SURABAYA
2008

PSIKOLINGUISTIK

Psikolinguistik atau psikologi bahasa ialah kajian faktor-faktor psikologi dan neurobiologi yang membolehkan manusia memperoleh, menggunakan, dan memahami bahasa. Penglibatan-penglibatan singkat dalam bidang ini pada mula-mulanya merupakan usaha-usaha falsafah, diakibatkan sebahagian besarnya oleh kekurangan data-data yang padu tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Penyelidikan moden mempergunakan biologi, neurosains, sains kognitif, dan teori maklumat untuk mengkaji bagaimana otak memperoses bahasa. Adadnya beberapa subdisiplin; umpamanya, teknik-teknik tak invasif untuk mengkaji pengerjaan neurologi otak semakin digunakan, dengan neurolinguistik kini merupakan sebuah bidang baru pada dirinya.
Psikolinguistik meliputi proses-proses kognitif yang membolehkan penjanaan ayat-ayat yang bertatabahasa dan bermakna dari segi perbendaharaan kata dan struktur tatabahasa, serta proses-proses yang membolehkan pemahaman pernyataan, perkataan, teks, dan sebagainya. Psikolinguistik perkembangan mengkaji keupayaan bayi-bayi dan kanak-kanak untuk membelajari bahasa, biasanya melalui kaedah-kaedah uji kaji atau sekurang-kurangnya kaedah kuantitatif (dan bukannya pencerapan naturalistik seperti yang dilakukan oleh Jean Piaget dalam penyelidikannya terhadap perkembangan kanak-kanak).

Hakikat bahasa
Hakikat bahasa sebagai sistem vokal, kemanasukaan bahasa, dan fungsi komunikatifnya telah diuraikan agak mendalam dalam bagian ini. Bahasa sebagai sebuah sistem terstruktur memulai pembahasan, kemudian diikuti oleh pembahasan bahasa sebagai lambang bunyi. Pada bagian tersebut dibahas, bahwa bahasa bukanlah bunyi yang sembarangan dan caka, melainkan terstruktur secara rapi sehingga bunyi-bunyi yang tidak terangkai menurut sistem fonologis sebuah bahasa umumnya sulit untuk dikenali oleh penutur asli bahasa tersebut. Pada bagian selanjutnya pembahasan dikembangkan pada pembahasan mengenai, apa saja sebagai lambangnya bunyi vokal. Dalam pembahasan ini dibahas bahwa hanya bunyi-bunyi tertentu saja yang tergolong pada bunyi bahasa. Kemudian, pembahasan diakhiri dengan membahas bahasa sebagai sistem komunikasi berdasarkan keterikatan antara ciri-ciri generik tindak komunikasi, ciri-ciri konteks komunikasi dan pemilihan ragam bahasa yang cocok untuk tindak komunikasi bahasa tersebut.

Pendekatan dalam psikolinguistik
Pada bagian awal telah disajikan paparan mengenai definisi kognitif dan model kognitif sebagai pendekatan dalam psikolinguistik. Di dalam paparan tersebut, Anda menemukan penjelasan mengenai kelebihan-kelebihan bahasa atas kemampuan lain manusia dalam menopang kehidupan manusia. Kemampuan manusia dalam memahami dan menyimak ribuan bahkan jutaan kata dalam kehidupannya serta hakikat kemampuan tersebut akan disinggung secara garis besar pada pembukaan sub pokok bahasan ini.

Kaidah-kaidah bahasa
Pada subpokok bahasan kedua, Anda telah mendapatkan penjelasan mengenai kreativitas bahasa dan kaidah-kaidah yang mengaturnya. Pada satu sisi, bahasa memiliki sifat kreatif dan lentur, di sisi lain bahasa juga memiliki kaidah-kaidah yang membatasi kreativitas dan kelenturan tersebut. Sudah bisa Anda duga bahwa paparan dalam bagian ini akan sangat menarik bagi Anda. Secara garis besar, paparan ini meliputi ciri-ciri bahasa manusia yang berkaitan dengan ciri kreativitas bahasa, seperti ketidakterikatan pada rangsangan luar maupun rangsangan dalam, keterikatan ungkapan bahasa manusia dengan situasi penggunaannya, dan kemampuan sebuah bahasa dalam menghasilkan kosakata baru dalam upaya mewadahi temuan-temuan baru dalam konteks budaya tempat bahasa tersebut digunakan.
Selanjutnya sub pokok bahasan ini berkaitan dengan kaidah-kaidah yang mengatur pembentukan ungkapan-ungkapan kebahasaan. Dalam perjalanan Anda membaca nanti, Anda akan mulai memahami mengapa meskipun manusia memproses jutaan kata-kata dan ungkapan-ungkapan baru, keasingan ungkapan-ungkapan baru ini tidak terasa dan tidak tersadari.
Pada bagian kedua dari sub pokok bahasan ini, telah dibahas relevansi teori kognitif dan teori perkembangan kognitif dengan pengajaran bahasa. pembahasan akan dimulai dengan upaya-upaya awal ke arah penggunaan teori kognitif Piaget ke dalam pengajaran bahasa serta penilaian mengenai ketetapannya. Kemudian, diikuti oleh pendekatan Taylor dan Taylor yang mengemukakan pendekatan proses komputer dalam menjelaskan proses kognitif manusia serta keterkaitannya dengan belajar bahasa.

Keterkaitan Psikolinguistik Dengan Pengajaran Bahasa
Model-model keterkaitan antara bahasa, kognitif dan Sosial dan Peranan Pengajaran. Pada subpokok bahasan ini telah dibahas dua hal penting sekaitan dengan pembahasan mengenai pemerolehan bahasa kedua, yakni pembahasan mengenai keterkaitan antara kognitif, bahasan dan sosial dan peranan pengajaran formal dalam kegiatan pemerolehan bahasa. Melalui pembahasan tersebut, sub pokok bahasan ini telah berhasil menegaskan kembali fungsi kemampuan kognitif, fungsi kemampuan berbahasa dan fungsi seseorang.
Pada bagian awal telah disajikan tiga model keterkaitan antara faktor-faktor bahasa, kognitif dan sosial. Sekaitan dengan itu, telah diketengahkan tiga model utama, yakni: model reduksionis, model interaksionis dan model terpadu. Ketiga model ini menjadi landasan penelitian dan pemahaman peranan dan keterkaitan faktor kognitif, faktor bahasa, dan faktor sosial dalam komunikasi bahasa. Kelebihan dan kelemahan masing-masing model juga telah dibahas secara umum dalam bagian ini.

Proses Pemerolehan Bahasa
Pada bagian selanjutnya, telah dibahas mengenai peranan pengajaran formal dalam proses pemerolehan bahasa. Pendapat-pendapat para ahli dalam bidang ini dikemukakan dan dibahas. Kemudian juga disajikan berbagai hasil kajian dalam bidang ini. Pendapat-pendapat tersebut terangkum dalam tiga aliran utama: aliran lintascara, aliran non-lintascara, dan aliran keragaman.
Aliran pertama, yakni aliran lintascara, berpendapat bahwa belajar dapat berkembang menjadi pemerolehan, dan sebaliknya pemerolehan dapat kemudian dilanjutkan dengan belajar. Di lain pihak, aliran non-lintascara berpendapat bahwa pemerolehan tidak dapat berkembang menjadi belajar, dan begitu pun sebaliknya. Pemerolehan dan belajar merupakan dua hal yang berbeda. Terakhir, aliran keragaman beranggapan bahwa pembelajar memiliki pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang mereka masing-masing dan sesuai dengan jenis dan karakteristik bahan ajar yang dipelajari: Meskipun demikian, ketiga aliran ini beranggapan bahwa pengajaran formal hanya dapat membantu mempercepat pemerolehan dan bukan menentukan hasil pemerolehan.

Bidang Kajian Psikolinguistik
Psycholinguistik bersifat antara disiplin dan dikaji oleh orang-orang daripada berbagai-bagai bidang, seperti psikologi, sains kognitif, dan linguistik. Adanya banyak subbahagian dalam bidang psikolinguistik yang mendasari komponen-komponen bahasa manusia.
1. Fonetik dan fonologi adalah berkenaan dengan kajian bunyi pertuturan. Dalam bidang psikolinguistik, penyelidikan menumpukan perhatian pada bagaimana otak memproses dan memahami bunyi-bunyi itu.
2. Morfologi ialah kajian struktur-struktur kata, khususnya hubungan antara perkataan-perkataan yang berkait (seperti jalan dan berjalan), dan pembentukan perkataan berdasarkan peraturan-peraturan (umpamanya, pembentukan kata berimbuhan).
3. Sintaksis ialah kajian pola-pola yang menetapkan bagaimana perkataan-perkataan digabungkan untuk membentuk ayat.
4. Semantik adalah berkenaan dengan makna perkataan-perkataan dan ayat-ayat. Jika sintaksis adalah berkenaan dengan struktur formal ayat, semantik mengolahkan maksud ayat-ayat yang sebenar.
5. Pragmatik adalah berkenaan dengan peranan konteks dalam pentafsiran makna.
6. Kajian tentang pengecaman kata dan pembacaan memeriksa proses-proses yang terlibat dalam pemerolehan maklumat ortografi, morfologi, fonologi, dan semantik daripada pola-pola dalam teks tercetak.

Teori-Teori Psikolinguistik
Teori-teori mengenai bagaimana bahasa bertindak dalam akal manusia mencoba menjelaskan, antara lain, bagaimana kita mengaitkan bunyi-bunyi (atau isyarat-isyarat) bahasa, dan bagaimana kita menggunakan sintaksis — iaitu, bagaimana kita dapat menyusun perkataan-perkataan untuk menghasilkan dan memahami urutan-urutan kata yang kita panggil "ayat". Yang pertama antara perkara-perkara ini — mengaitkan bunyi dengan maksud — tidak menimbulkan begitu banyak perbalahan dan secara amnya dianggap sebagai bidang yang komunikasi haiwan dan manusia mempunyai sekurang-kurangnya sesetengah persamaan (sila lihat Komunikasi haiwan). Sebaliknya, sintaksis adalah penuh dengan perbalahan, dan merupakan tumpuan perbincangan yang berikut.
Pada dasarnya, terdapat dua buah aliran fikiran tentang bagaimana kita dapat mencipta ayat-ayat sintaksis:
1. Sintaksis ialah hasil evolusi kecerdasan manusia yang semakin meningkat dengan berlalunya masa, dan faktor-faktor sosial yang menggalakan perkembangan bahasa pertuturan;
2. Bahasa wujud kerana manusia mempunyai keupayaan semula jadi untuk memperoleh apa yang telah dipanggil "tatabahasa sejagat".
Pandangan kedua ini menganggap bahawa keupayaan manusia untuk memperoleh sintaksis adalah "terbina" di dalam otak, dan mendakwa bahawa, sebagai contoh, ciri-ciri sintaksis yang rumit seperti rekursi tidak dapat difahami juga oleh makhluk-makhluk bukan manusia yang paling cerdas dan sosial. (Rekursi, umpamanya, termasuk penggunaan ganti nama relatif untuk merujuk kembali kepada bahagian-bahagian ayat yang awal — "Gadis itu yang keretanya menghalang pemandangan pokok yang saya tanam pada tahun lalu ialah kawan saya".) Keupayaan untuk menggunakan sintaksis seperti ini tidak akan wujud tanpa konsep semula jadi yang mengandungi sokong bawah untuk peraturan-peraturan tatabahasa yang menghasilkan rekursi, berkata pandangan "semula jadi" Oleh itu, kanak-kanak yang membelajari sesebuah bahasa mempunyai ruang pencarian yang luas untuk memeriksa dengan teliti antara tatabahasa-tatabahasa manusia yang mungkin, dan secara logik memilih bahasa(-bahasa) yang dituturkan di dalam komuniti penuturnya. Sintaksis ini, menurut sudut pandangan kedua, adalah yang mentakrifkan bahasa manusia dan menyebabkannya berbeza juga daripada bentuk-bentuk komunikasi haiwan yang paling canggih.

Perkembangan Psikolinguistik
Pandangan pertama adalah amat popular sehingga kira-kira tahun 1960, dan diwakili oleh teori-teori mentalisme Jean Piaget dan penyokong empirisisme, Rudolf Carnap. Aliran fikiran psikologi yang dikenali sebagai faham ketingkahlakuan (sila lihat Tingkah laku lisan (1957) oleh B.F. Skinner) mengemukakan pandangan bahawa bahasa (termasuk sintaksis) ialah tingkah laku yang dibentuk oleh gerak belas terlazim. Sudut pandangan kedua — iaitu "yang semula jadi" — boleh dikatakan secara adil sebagai bermula dengan ulasan Noam Chomsky yang amat kritis terhadap buku Skinner pada tahun 1959 di dalam halaman-halaman jurnal Bahasa [1]. Ulasan itu memulakan apa yang telah diistilahkan sebagai "revolusi kognitif" dalam bidang psikologi.
Bidang psikolinguistik sejak masa itu telah ditakrifkan oleh gerak-gerak balas terhadap Chomsky. Pandangan penyokong masih menganggap bahawa keupayaan manusia untuk menggunakan sintaksis adalah berbeza secara kualitatif daripada sebarang komunikasi haiwan. Keupayaan itu mungkin dihasilkan oleh mutasi yang menggalakkan (terlalu tidak mungkin), atau (lebih mungkin) oleh penyesuaian kemahiran-kemahiran yang dikembangkan untuk tujuan-tujuan yang lain. Dengan kata yang lain, sintaksis tepat mungkin memenuhi keperluan-keperluan kelompok; ungkapan-ungkapan linguistik yang lebih baik mungkin menghasilkan kepaduan, kerjasama, dan potensi untuk hidup, tetapi sintaksis tepat hanya dapat berkembang daripada sintaksis asas — atau tiada sintaksis — yang tidak mempunyai sebarang nilai hidup dan oleh itu, langsung tidak akan berkembang. Oleh itu, seseorang harus melihat pada kemahiran-kemahiran lain yang ciri-cirinya mungkin berguna untuk sintaksis. Dalam istilah biologi evolusi moden, kemahiran-kemahiran ini dikatakan "disesuaikan lebih dahulu" untuk sintaksis (sila lihat "Eksaptasis"). Apakah kemahiran-kemahiran ini yang sebenarnya merupakan tumpuan penyelidikan terkini, atau sekurang-kurangnya, tekaan.
Pandangan penentang masih menganggap bahawa bahasa (termasuk sintaksis) ialah hasil daripada perkembangan kecerdasan selama beratus-ratus ribu tahun, serta interaksi manusia selama berpuluh-puluh ribu tahun. Dari sudut pandangan ini, sintaksis dalam bahasa beransur-ansur meningkatkan kepaduan kumpulan dan potensi untuk hidup. Bahasa, termasuk sintaksis dan lain-lain, ialah artifak kebudayaan. Pandangan ini mencabar pandangan "semula jadi" kerana kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara saintifik; dengan kata yang lain, ia tidak dapat diuji. Fakta bahawa sesuatu struktur sintaksis yang dapat difikirkan tidak wujud dalam mana-mana bahasa di dunia adalah suatu pencerapan yang memang menarik, tetapi ia bukannya bukti tentang kekangan genetik terhadap bentuk-bentuk yang mungkin, ataupun bukti bahawa bentuk-bentuk itu tidak dapat wujud atau tidak dapat dibelajari.
Ahli-ahli teori sezaman, selain daripada Chomsky, yang mengerjakan bidang teori-teori psikolinguistik termasuk George Lakoff, Steven Pinker, dan Michael Tomasello.

Pengkaedahan Dalam Bidang Psikolinguistik
Kebanyakan perkaedahan dalam bidang psikolinguistik mengambil bentuk uji-uji kaji tingkah laku. Dalam jenis-jenis kajian ini, subjek-subjek eksperimen diberikan sesuatu bentuk input linguistik dan dimintai melakukan sesuatu tugas (umpamanya, membuat pertimbangan, menghasilkan semula rangsangan, membaca perkataan yang dipaparkan dengan kuat). Masa tindak balas (biasanya pada peringkat milisaat) dan kadar jawapan yang betul paling biasa digunakan untuk mengukur prestasi.
Tugas-tugas ini mungkin termasuk meminta subjek menukarkan kata nama menjadi kata kerja; umpamanya, "buku" membayangkan "menulis", "air" membayangkan "minum", dan sebagainya. Lagi satu eksperimen mungkin memberikan ayat aktif seperti "Ali membaling bola kepada Ahmad", serta padanan ayat pasifnya, "Bola itu dibaling oleh Ali kepada Ahmad", lalu bertanya, "Siapakah yang membaling bola itu?" Kita mungkin akan menyimpulkan bahawa ayat-ayat aktif dapat diproses dengan lebih mudah (lebih cepat), berbanding dengan ayat-ayat pasif (sebenarnya, ini telah dibuktikan benar). Lagi menarik, kita mungkin mendapati bahawa sesetengah orang tidak berupaya memahami ayat-ayat pasif (ini juga terbukti benar), dan kita mungkin akan mengambil langkah-langkah sementaraan untuk memahami jenis-jenis kekurangan bahasa yang tertentu (secara amnya dikumpulkan ke dalam istilah afasia yang umum).
Sehingga kemunculan teknik-teknik perubatan tak invasif, pembedahan otak merupakan cara yang lebih disukai oleh penyelidik-penyelidik bahasa untuk memahami bagaimana bahasa bertindak di dalam otak. Umpamanya, pemotongan korpus kalosum (berkas saraf yang mengaitkan kedua-dua hemisfera otak) merupakan rawatan untuk sesetengah jenis epilepsi pada suatu ketika. Jadi penyelidik-penyelidik dapat mengkaji cara-cara bagaimana pemahaman dan penghasilan bahasa akan dijejaskan oleh pembedahan yang drastik. Sudah tentu, otak tidak dibedah hanya untuk mengkaji bahasa. Bagaimanapun, jika patologi memerlukan pembedahan otak, penyelidik-penyelidik bahasa akan mengambil kesempatan itu untuk mengejar penyelidikan mereka.
Teknik-teknik tak invasif yang lebih baru kini termasuk pengimejan otak oleh tomografi pancaran positron (PET); pengimegan resonans magnet fungsian (fMRI); keupayaan berkait peristiwa (ERP), serta perangsangan magnet transkranial (TMS). Teknik-teknik pengimejan otak berbeza-beza dari segi peleraian ruang dan masaan (fMRI mempunyai peleraian sebanyak beberapa ribu neuron per piksel, manakala ERP mempunyai ketepatan pada peringkat milisaat). Setiap jenis perkaedahan memberikan kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan tersendiri untuk mengkaji sesuatu masalah dalam bidang psikolinguistik.
Pemodelan pengiraan merupakan lagi sejenis perkaedahan, dan merujuk kepada amalan membina model-model kognitif dalam bentuk atur cara boleh laku. Atur-atur cara ini amat berguna kerana ia mendorong ahli-ahli teori supaya mengemukakan hipotesis-hipotesis yang lebih jelas, dan kerana atur-atur cara ini boleh dipergunakan untuk menjanakan ramalan-ramalan yang lebih tepat bagi model-model teori yang amat rumit sehingga analisis diskursif tidak boleh dipercayai (umpamanya, model DRC untuk pembacaan dan pengecaman kata yang dicadangkan oleh Coltheart dan rakan-rakan sekerjanya).
Lebih terkini, penjejakan mata telah dipergunakan untuk mengkaji pemprosesan bahasa dalam talian. Bermula dengan Tanenhaus et al. sebilangan kajian telah mula menggunakan gerakan mata sebagai alat untuk mengkaji proses-proses kognitif yang berkait dengan bahasa pertuturan. Oleh sebab gerakan-gerakan mata adalah amat berkait dengan fokus perhatian terkini, pemprosesan bahasa boleh dikaji melalui pengawasan gerakan-gerakan mata ketika seseorang subjek diberikan input linguistik.

Persoalan Dan Bidang Penyelidikan Dalam Bidang Psikolinguistik
Adanya beberapa soalan yang belum dijawab dalam bidang psikolinguistik. Sebahagiannya telah dikemukakan dalam bahagian "Teori-teori" di atas. Umpamanya, adakah keupayaan manusia untuk menggunakan sintaksis berdasarkan struktur-struktur mental semula jadi atau adakah pertuturan sintaksis suatu fungsi kecerdasan dan interaksi dengan manusia yang lain? Bolehkah kita mereka bentuk uji-uji kaji psikolinguistik untuk menjawabnya? Penyelidikan dalam bidang komunikasi haiwan dapat memberi sumbangan yang banyak dalam persoalan-persoalan ini. Bolehkan sesetengah haiwan diajar sintaksis bahasa manusia? Jika ya, apakah maksudnya? Jika tidak, apakah maksudnya pula?
Bagaimanakah bayi-bayi dapat membelajari bahasa? Hampir semua bayi manusia yang sihat memperoleh bahasa dengan mudah pada tahun-tahun pertama dalam hidup mereka. Ini adalah benar untuk semua kebudayaan dan masyarakat. Dan bagaimanakah pula dengan kanak-kanak yang tidak membelajari bahasa dengan betul? Terdapat satu bidang yang luas yang dipanggil afasia yang mengolahkan kekurangan-kekurangan bahasa. Orang-orang dewasa lebih susah membelajari bahasa kedua berbanding dengan bayi-bayi membelajari bahasa pertama mereka (bayi-bayi dwibahasa berupaya membelajari kedua-dua bahasa asli mereka dengan mudah). Oleh itu, tempoh genting mungkin wujud ketika bahasa dapat dibelajari dengan mudah. Banyak penyelidikan dalam psikolinguistik menumpukan perhatian pada bagaimana keupayaan ini berkembang dan merosot dengan berlalunya masa. Ia kelihatan juga bahawa semakin banyak bahasa seseorang mengetahui, semakin mudah orang itu dapat membelajari bahasa-bahasa yang baru.
Penyelidikan terkini yang menggunakan teknik-teknik pengimejan tak invasif yang baru mencuba memahami di manakah bahasa terletak di dalam otak. Betapa setempatkah bahasa? Bagaimanakah ia dibahagikan dari satu hemisfera ke hemisfera yang lain? Pemerihalan-pemerihalan tradisional yang lebih lama tentang fungsi-fungsi bahasa kawasan Broca, kawasan Wernicke, dan kawasan-kawasan lain di dalam otak akan dihalusi dengan penerusannya penyelidikan.

3 komentar:

Miss Daun mengatakan...

ini bahasa melayu ya bang?

but, thank's for share, infonya sangat membantu :)

Iwan Sugianto mengatakan...

ok sama sama, maaf balasnya telat yach...

Iwan Sugianto mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.